Kisah Nabi Saleh AS: Kaum Tsamud, Mukjizat Unta, dan Pelajaran Agar Tidak Mengingkari Janji

 Dalam catatan sejarah, Tsamud adalah suku bangsa Arab yang bertempat tinggal di Alhijir,  terletak di antara Hijaz dan Syam. Mereka termasuk suku yang lebih maju ketimbang suku lainnya.

Tanah yang ditinggali suku Tsamud merupakan bekas jajahan suku Aad yang telah habis binasa disapu angin taufan yang dikirim oleh Allah sebagai pembalasan atas pembangkangan dan pengingkaran mereka terhadap dakwah dan risalah Nabi Hud A.S.

Kemakmuran dan kemewahan hidup serta kekayaan alam yang dahulu dimiliki dan dinikmati oleh kaum Aad telah diwarisi oleh kaum Tsamud. Tanah mereka subur sehingga memberikan hasil berlimpah ruah. Binatang-binatang perahan berkembang biak dengan baik. Kebun-kebun bunga yang indah-indah, bangunan rumah-rumah yang didirikan di atas tanah yang datar dan dipahatnya dari gunung.

Atas berkah itu, kaum Tsamud hidup tenteram, sejahtera dan bahagia. Mereka merasa aman dari segala gangguan alamiah dan bahwa kemewahan hidup mereka akan kekal bagi mereka dan anak keturunan mereka.

Sayangnya, kaum Tsamud tidak mengenal Tuhan. Mereka justru menjadikan berhala sebagai Tuhan mereka.

Atas dasar inilah, Allah Swt kemudian mengutus Nabi Saleh untuk membimbing mereka ke jalan Allah. Nabi Saleh berasal dari suku Tsamud. Ia berasal dari keluarga terpandang dan dihormati oleh suku Tsamud. Nabi Saleh merupakan sosok yang pintar, mudah bergaul serta tangkas dan rendah hati. Maka dari itu, ia cukup dihormati oleh suku Tsamud.

Lewat dakwahnya, Nabi Saleh coba memberi penerangan dan memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat ke jalan yang benar. Nabi Saleh juga mengajak mereka agar jangan menentang dan mengikuti ajakannya beriman kdepada Allah swt yang telah memberi karunia rezeki berlimpah dan penghidupan yang sejahtera. Ia hanya menyampaikan amanah yang ditugaskan Allah swt kepada suku Tsamud.

Sayang, upaya Nabi Saleh tidak berbuah hasil maksimal. Hanya sekelompok kecil, dan kebanyakan mereka berasal dari golongan sosial lemah yang mau mengikuti Nabi Saleh. Sementara itu, sebagian besar   kaum Tsamud menolak meninggalkan berhala.

قَالُوْا يٰصٰلِحُ قَدْ كُنْتَ فِيْنَا مَرْجُوًّا قَبْلَ هٰذَآ اَتَنْهٰىنَآ اَنْ نَّعْبُدَ مَا يَعْبُدُ اٰبَاۤؤُنَا وَاِنَّنَا لَفِيْ شَكٍّ مِّمَّا تَدْعُوْنَآ اِلَيْهِ مُرِيْبٍ

Qālụ yā ṣāliḥu qad kunta fīnā marjuwwang qabla hāżā a tan-hānā an na'buda mā ya'budu ābā`unā wa innanā lafī syakkim mimmā tad'ụnā ilaihi murīb

Artinya: Mereka (kaum samud) berkata, “Wahai Saleh! Sungguh, engkau sebelum ini berada di tengah-tengah kami merupakan orang yang di harapkan, mengapa engkau melarang kami menyembah apa yang disembah oleh nenek moyang kami? Sungguh, kami benar-benar dalam keraguan dan kegelisahan terhadap apa (agama) yang engkau serukan kepada kami.” (Q.S Hud, 62)

Mereka kemudian balik menantang Nabi Saleh untuk menunjukkan mukjizat dari Allah Swt. Sebagai gantinya, mereka benjanji akan mengikuti ajakan Nabi Saleh untuk meninggalkan kepercayaan mereka terhadap berhala dan percaya terhadap Allah Swt.

Nabi Saleh kemudian berdoa, memohon kepada Allah agar memberinya mukjizat yang diminta kaum Tsamud. Doa Nabi Saleh langsung dijawab Allah. Dari sisi sebuah bukit yang ditunjuk suku Tsamud, kemudian keluarlah seekor unta betina dari dalam sebuah batu karang besar.

وَيٰقَوْمِ هٰذِهٖ نَاقَةُ اللّٰهِ لَكُمْ اٰيَةً فَذَرُوْهَا تَأْكُلْ فِيْٓ اَرْضِ اللّٰهِ وَلَا تَمَسُّوْهَا بِسُوْۤءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ قَرِيْبٌ

Wa yā qaumi hāżihī nāqatullāhi lakum āyatan fa żarụhā ta`kul fī arḍillāhi wa lā tamassụhā bisū`in fa ya`khużakum 'ażābung qarīb

Artinya: Dan wahai kaumku! Inilah unta betina dari Allah, sebagai mukjizat untukmu, sebab itu biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apa pun yang akan menyebabkan kamu segera ditimpa (azab).” (Q.S Hud, 64)

Suku Tsamud masih tidak percaya dengan mukjizat tersebut. Mereka ingkar dan kemudian malah membunuh unta betina tersebut. Setelahnya, mereka datang kepada Nabi Saleh dan menantang datangnya azab Allah Swt.

فَعَقَرُوا النَّاقَةَ وَعَتَوْا عَنْ اَمْرِ رَبِّهِمْ وَقَالُوْا يٰصٰلِحُ ائْتِنَا بِمَا تَعِدُنَآ اِنْ كُنْتَ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ

Fa 'aqarun-nāqata wa 'atau 'an amri rabbihim wa qālụ yā ṣāliḥu`tinā bimā ta'idunā ing kunta minal-mursalīn

Artinya: Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan berlaku angkuh terhadap perintah Tuhannya. Mereka berkata, “Wahai Saleh! Buktikanlah ancaman kamu kepada kami, jika benar engkau salah seorang rasul.” (Q.S Al-A'raf, 77)

Nabi Saleh kemudian memberikan tenggat waktu tiga hari kepada kaum Tsamud untuk bertobat dan beriman kepada Allah Swt. Sayangnya, kaum Tsamud tidak mendengarkan seruan itu hingga akhirnya Allah menurunkan azab kepada mereka. Seluruh kaum Tsamud yang tidak percaya kepada Nabi Saleh kemudian binasa.

فَاَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَاَصْبَحُوْا فِيْ دَارِهِمْ جٰثِمِيْنَ

Fa akhażat-humur-rajfatu fa aṣbaḥụ fī dārihim jāṡimīn

Artinya: Lalu datanglah gempa menimpa mereka, dan mereka pun mati bergelimpangan di dalam reruntuhan rumah mereka. (Q.S Al-A'raf, 78)

Dari kisah tersebut, ada beberapa ibrah dan pelajaran yang dapat diambil. Berikut merupakan hikmahnya:

1. Allah memberikan peringatan terhadap orang-orang yang berdusta. Orang-orang terdahulu telah memohon kepada Rasul, akan tetapi setelah permohonan tersebut dikabulkan mereka mendustakan.

2. Allah memerintahkan agar tidak mendustakan Rasul-rasul dan kitab-kitab-Nya. Karena barangsiapa yang bermurka, Allah akan memberikan azab dan siksa.

3. Allah memberikan unta betina kepada Nabi Saleh sebagai mukjizat yang besar. 

4. Allah menganjurkan untuk berhenti sesaat di tempat-tempat bersejarah. Agar dapat mengambil pelajaran dan nasihat, sebagaimana Rasul berhenti di sebuah sumur di perkampungan Tsamud dan merenungkan akhir perjalanan orang-orang terdahulu dengan mengambil pelajaran berharga.

5. Allah memberikan detailnya ilmu kepada Nabi. Beliau sudah diberi tahu oleh Allah swt. bahwa,  akan adanya sesuatu yang mendatangkan azab, yakni kepada kaum Tsamud yang menyembelih unta, menyembah berhala dan tidak mau meyembah Allah swt.

6. Allah mengharamkan orang yang melindungi Abu Righal dari azab Allah swt. Abu Righal adalah kaum Nabi Saleh dari Bani Tsaqif di daerah Tha'if yang menawarkan diri sebagai penunjuk jalan Abrahah beserta bala tentaranya menuju Kota Makkah al-Mukarramah. 

7. Allah memerintahkan agar amar ma’ruf nahi munkar.

8. Allah mengharamkan kemunkaran dan berbuat sesuatu yang berdusta.

Postingan populer dari blog ini

7 Mukjizat Nabi Muhammad: Dari Al-Quran Hingga Isra Miraj

Nuzulul Quran

Data Siswa